KONFLIK PERGURUAN SILAT SETIA HATI
TERATE DAN
SETIA HATI WINONGO DI KABUPATEN MADIUN
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgyefDMTHd8EpAMpSnOyrSuP_p3a6v_XKtyo0iNTRo3BUKoqrm49rO0e6AQtCCNzTgkPEBoyGpvopPPthFfmeefgUOrUjUsRIHDlB8byiDLe60AfKD-EwQx5HJ3nQJF0xbtTZnkESHFRhnj/s1600/setia+hati.jpg)
Konflik
kedua perguruan tersebut merambat sampai pengikut masing-masing perguruan
sampai sekarang, yang di penuhi rasa kebencian satu sama lain. Belum lagi
konflik di perparah kepentingan politik dan perebutan basis ekonomi. Basis
pendukung antar kedua perguruan di bedakan oleh perbedaan kelas juga. SH
Winongo berkembang dalam wilayah perkotaan dan basis pendukungnya adalah para
bangsawan atau priyayi sedangkan SH Teratai berkembang di wilayah pedesaan dan
pinggiran kota. Perpecahan kedua perguruan tadi juga terletak dalam strategi
pengembangan ideologi yang satu bersifat ekslusif sedangkan yang satunya
berusaha untuk lebih bisa diterima masyarakat bawah guna melestarikan
perguruan.
Konflik yang
terjadi antara Perguruan Setia Hati Terate dan Setia Hati Winongo merupakan
konflik yang terbetuk secara konstruktif yang dilakukan oleh kedua murid
pendiri Perguruan Setia Hati. Konflik
yang tejadi merupakan konflik identitas yang mana kedua perguruan tersebut
saling mengklaim kebenaran pembawa nilai Ideoligi Setia Hati yang orisinil dan
menganggap dirinya yang paling baik dan benar. Klaim kebenaran terus menerus di
reproduksi dan ditanamkan oleh para sesepuh mereka terhadap anggota
masing-masing perguruan sehingga membangun atau mengkonstruksi idealisme akan
kebenaran ajaran bagi pengikut yang menganutnya, hal ini menimbulkan dampak
terhadap egoisme pengikut masing-masing
perguruan sampai dengan tingkat bawah yang sering menyebabkan terjadinya pertikaian
antara pengikut kedua perguruan dan telah memakan korban jiwa dan materil yang
cukup banyak. Konflik yang terjadi adalah merupakan tindakan
permusuhan antara dua kelompok maupun perorangan yang membawa atribut
kelompoknya masing-masing yang terwujud dengan tindakan saling menghancurkan
untuk memenangkan suatu tujuan tertentu (Dahrendorf).
Hadirnya
kekuatan politik dalam masing-masing organisasi silat ini menyebabkan rantai
konflik semakin panjang dan sangat sulit untuk diselesaikan. Kekuatan Politik
yang ada di Wilayah Kabupaten Madiun memanfaatkan organisasi silat yang ada
untuk mencari dukungan bagi para tokoh politik dalam memenangkan berbagai pesta
demokrasi seperti pemilihan Bupati dan Pemilu lainnya. Pertarungan eksistensi
antara SH Winongo dan SH Terate juga berimbas pada perekutan anggota
sebanyak–banyaknya yang dimanfaatkan
para oleh tokoh silat sebagai perebutan basis ekonomi.
Dalam
perkembangannya, konflik yang antara kedua perguruan silat ini telah
menimbulkan gangguan Kamtibmas yang cukup besar di wilayah Kabupaten Madiun,
hal ini dapat kita cermati dari tingginya kasus perkelahian yang melibatkan
pengikut dari kedua perguruan silat tersebut. Disamping itu partisipasi
masyarakat yang tinggi dalam kelompok silat dan di barengi sentimen ideologis
yang kuat dan cenderung emosional dalam bertindak seringkali di manfaatkan oleh
kelompok kepentingan yaitu oleh para politisi lokal untuk mendukung parpol yang
di pimpimnya, sehingga mengakibatkan semakin sulitnya ditemukan penyelesaian
konflik yang ada.
DAMPAK KONFLIK PERGURUAN SILAT
(SH.TERATE DENGAN SH.WINONGO) TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL MASYARAKAT
Konflik yang berkepanjangan antara
perguruan silat SH.Tarate dan SH. Winongo di Kabupaten Madiun membawa berbagai
dampak negatif terhadap kehidupan sosial masyarakat antara lain :
1.
Munculnya
pandangan bagi para pemuda di kabupaten Madiun, bahwa apabila tidak menjadi
pengikut salah satu perguruan yang ada maka dianggap sebagai pemuda yang tidak
mempunyai pergaulan yang baik, sehingga hampir setiap pemuda di Kabupaten
Madiun adalah salah satu pengikut dari perguruan silat yang ada, baik sebagai
pengikut SH. Terate ataupun sebagai pengikut SH. Winongo, namun bentuk keikut
sertaan sebagian pemuda tersebut bukan karena keinginan untuk menekuni olahraga
silat, namun hanya untuk mendapatkan status, sehingga apabila menghadapi
masalah maka anggota lain seperguruannya akan membantu, walaupun belum
diketahui posisi atau permasalahan yang ada.
2.
Konflik
antara perguruan silat di Kabupaten Madiun menyebabkan keresahan pada
masyarakat, terutama pada saat dilaksanakannya kegiatan perguruan silat yang
mendatangkan massa yang cukup banyak, bahkan dari luar Madiun, sehingga hal ini
membutuhkan pengamanan yang ekstra dari aparat keamanan untuk berusaha
semaksimal mungkin agar dapat mengurangi kekhwatiran masyarakat dan mencegah
terjadinya bentrokan antara kedua perguruan silat tersebut yang dapat
menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan korban materil.
3.
Sebagian
masyarakat, terutama masyarakat kelas bawah beranggapan bahwa silat bukan
merupakan olahraga yang positif, karena fenomena lingkungan masyarakat yang
sering melihat buruknya prilaku para pengikut perguruan silat yang hanya
mendatangkan keresahan bagi masyarakat dengan berbagai aksi brutal yang telah
menjatuhkan korban materil bahkan korban jiwa, padahal sebenarnya olahraga
silat merupakan salah satu olahraga yang menjadi ciri khas Indonesia, yang
apabila dikembangkan dengan baik, akan dapat menciptakan atlit-atlit nasional
yang berprestasi dan berkelas Nasional bahkan Internasional.
4.
Berubahnya konsep
perguruan silat sebagai sarana olahraga yang dapat membawa nama baik daerah
dengan berbagai prestasi yang seharusnya dapat dicapai. Perguruan silat hanya
digunakan sebagian kalangan untuk membangun identitas diri semata sebagai salah
satu pengikut yang berorientasi untuk mendapat dukungan dari teman seperguruan.
Bahkan perguruan silat dimanfaatkan oleh para tokoh politik daerah bahkan tokoh
politik nasional sebagai alat untuk mendapatkan dukungan suara pada saat
diadakannya berbagai pesta demokrasi.
5.
Dampak lain yang
ditimbulkan oleh konflik antar perguruan silat di Kabupaten Madiun, menyebabkan
perkembangan ekonomi didaerah ini sulit dikembangkan yang diakibatkan kondisi
keamanan yang tidak mendukung, hal ini menyebabkan banyaknya investor yang
enggan untuk berinvestasi dalam sektor perekonomian diwilayah Madiun.
UPAYA MITIGASI YANG
DAPAT DILAKUKAN DALAM KONFLIK PERGURUAN SILAT
Untuk meminimalisir konflik yang terjadi
antara kedua Perguruan silat tersebut perlu dilakukan berbagai upaya yang
bertujuan untuk mengurangi konflik yang mengarah kepada bentrokan fisik antara
anggota perguruan di Kabupaten Madiun, Upaya tersebut dapat dilakukan dengan
mempertemukan tokoh dari kedua perguruan untuk membuat kesepakatan –kesepakatan antara kedua
perguruan, sehingga dapat meredam atau setidaknya mengurangi dampak langsung
yang diakibatkan konflik tersebut.
Dalam rangka mengurangi tingginya eskalasi
konflik antara kedua perguruan, diharapkan pemerintah daerah setempat dan para
tokoh politik daerah, agar tidak memanfaatkan keberadaan perguruan silat
sebagai basis untuk mendapatkan dukungan dalam memenangkan berbagai pesta
demokrasi yang dilakukan di wilayah Kabupaten Madiun, baik yang berskala Lokal
maupun Nasional.
Mengupayakan perubahan mind set
masyarakat Kabupaten Madiun dengan berbagai sosialisasi agar dapat memanfaatkan
Perguruan silat sebagai aset budaya daerah yang dapat meningkatkan dan
mengangkat nama daerah dalam kancah Nasional dengan menciptakan atlet-atlet
silat yang handal dan berprestasi dari kedua perguruan silat.
Aparat penegaka hukum dapat berperan
serta dalam upaya mereduksi dampak yang diakibatkan konflik antar perguruan silat
di kabupaten Madiun, dengan menerapkan hukum secara tegas dan profesional dalam
menindak segala bentuk kekerasan yang terjadi, terutama yang melibatkan
pengikut dari kedua perguruan silat yang ada di Kabupaten Madiun. Upaya ini
diharapkan dapat menimbulkan efek jera bagi para pelaku kekerasan. Disamping
itu upaya pencegahan harus tetap dilakukan dengan melibatkan instansi terkait,
seperti pemerintahan daerah, kepolisian, TNI dengan cara melakukan pengamanan
secara ketat setiap kegiatan yang dilakukan oleh perguruan silat yang
mendatangkan massa dalam jumlah yang banyak, yang dapat sebagai pemicu
terjadinya bentrokan fisik antara pengikut perguruan.
Comments
Post a Comment